Gunung Padang Primadona Cianjur
Gunung Padang yang berlokasi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat merupakan
situs Megalitikum, Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 meter persegi dan
areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak
dan situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara.
Fungsi situs Gunung Padang diperkirakan adalah tempat bertapa bagi
masyarakat pada sekitar 2000 tahun SM. Dalam penelitian yang berjudul “Musical Tradition in Megalithic Site of
Indonesian Gunung Padang?” Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menjelaskan
bahwa kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada,
hal ini pun di pertegas oleh statement Pengelola
Situs Gunung Padang, Zaenal Arifin bahwa ada salah satu areal bebatuan yang jika
di ketuk akan mengeluarkan bunyi cukup nyari, dan di percaya bahwa batu
tersebut di gunakan saat mengadakan perayaan-perayaan tertentu.
Namun wilayah Gunung Padang yang baru terbuka hanya puncaknya saja yang
diperkirakan memiliki luas 4000 meter persegi sedangkan yang di tetap sebagai zona inti dari situs ini
adalah 29,1 ha karena batuan situs dan batuan biasa di pisahkan oleh sungai
yang melingkari Gunung Padang itu sendiri. Lahan yang belum terbuka tersebut
memiliki permasalahan dengan pembebasan lahan warga sekitar.
Narasumber Zaenal Arifin, Pengelola Situs Gunung Padang |
Gambaran
kecil bentuk situs megalit Gunung Padang yang merupakan Punden Berundak dengan
candi, kalau Punden Berundak merupakan salah satu bangunan yang bertingkat tapi
gak ada lanjutannya lagi, beda hal nya dengan candi yang tengahnya ada stupa
lalu ada lanjutannya lagi.
Apakah saat penelitan berlangsung, masalah seperti apa
yang biasanya di temukan sehingga menghambat penelitian itu sendiri ?
Saat
itu terhalang oleh pembebasan karena waktu penelitian, disekitarnya (Gunung
Padang) merupakan tanah masyarakat, yang kedua terhambat oleh cuaca, saat
penelitian berlangsung sedang musim hujan dan yang ketiga alat-alat yang kurang
memadai.
Gunung Padang hanya berbentuk seperti ini atau masih
sedang di lakukan ekskavasi ?
Untuk
saat ini penelitian baru berupa seperti ini karena kita khususnya pemerita
masih memfokuskan untuk membebaskan lahan sekitar karena seperti yang telah di
sampaikan, pembebasan lahan masih menjadi permasalahan yang sulit dalam
pengembangan situ Gunung Padang ini sendiri.
Bantuan seperti apa yang di berikan oleh pemerintah
untuk Gunung Padang ?
Dari
bantuan pemerintahnya sendiri untuk penelitian itu membuat gabungan dari
berbagai disiplin ilmu, sangat bagus untuk antusiasme pemerintah karena sampai
saat ini pemerintah telah melakukan pembebasan lahan dan juga akses ke situs
ini sudah di perbaiki serta kantor-kantor yang berada di area situs ini pun
memang telah di bangun oleh pemerintah.
Dari info yang kami dapat bahwa pemerintah provinsi
telah merencanakan untuk merivitalisasi situs ini.
Sebetulnya
lebih tepat disebut dengan menata, tapi itu pun masih berupa pengajuan, karena
untuk menata bebatuan ini perlu di lakukan penelitian ulang untuk mengetahuan
dulunya batu ini di gunakan untuk apa dan di letakan dimana, karena jika salah
kita berarti telah melakukan pembohongan sejarah, maka dari itu kita harus
lebih berhati-hati.
Perkiraan untuk menata ulang kemungkinan dapat di
lakukan kapan ?
Mungkin
2019 kita sudah dapat melakukan penataan.
Untuk saat ini apakah situs Gunung Padang masih
dipakai orang-orang untuk ibadah atau pelaksanaan kebudayaan?
Sampai
saat ini, kita ada dua gelombang untuk kunjungan di Gunung Padang, yang di
maksud gelombang itu selain digunakan untuk wisata sejarah pada malam hari
banyak orang yang menggunakannya untuk wisata religi. Sampai saat ini kita
tidak bisa membatasa agama dan budaya, dari berbagai aliran agama dan budaya ya
silahkan saja dating ke Gunung Padang
menurut agama dan budayanya masing-masing.
Apakah ada ritual rutin yang masih di lakukan di sini
?
Untuk
kegiatan ritual rutin seperti Seretaun ataupun Sekabanda, masyarakat disini
mempunyai kegiatan upacara adatnya di dalam tanggal 12 hingga 14 maulud tapi
lebih di padukan ke islami sendiri sebenarnya karena sebagian besar mayoritas
islam, yang pada intinya ritual ini cenderung mendoakan leluhur-leluhur.
Komentar
Posting Komentar